Lika-Liku Pulang Kampung

 "Baliikk kampuunggg oooooooo balik kampuuunggg"

Nyanyian anak-anak di tv begitu indah untuk didengarkan sampai-sampai aku tertidur, kalau bukan karena suara telepon genggam berdering mungkin aku akan tertidur sampai adzan maghrib. Lalu, kuambil telepon genggam itu dan memeriksa ada apa yang ternyata itu adalah pesan dari pelanggan setiaku, Bu Darmi yang berpesan ingin membeli lagi kue sagu buatanku sebanyak 5 stoples.

Aku cukup senang melihat pesanan sebanyak ini, bagaimana tidak sejak pandemi berlangsung selama dua tahun usaha kue berbahan dasar tepung ararut yang sudah kudirikan selama lima tahun ini mengalami penurunan omset yang cukup parah. Akhirnya aku berencana untuk membuat kue setelah selesai salat tarawih.

Selepas salat tarawih akupun menyiapkan berbagai alat dan bahan. Karena alat yang biasa kugunakan sudah lama tidak terpakai akupun mencucinya dengan busa dan sabun cuci untuk menjaga bahan-bahan tetap higienis dan tidak terkontaminasi kotoran. Apalagi tepung ararut yang memiliki banyak manfaat akan menjadi sia-sia kalau alat yang digunakan tidak bersih.

Ketika mempersiapkan bahan tiba-tiba telepon genggamku berdering lagi, tapi kali ini adikku Rinda yang menghubungiku.

"Assalumalaikum warahmatullahi wabarakatuh Mas Adi, gimana kabarnya? Sehat?"

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Dek, sehat alhamdulillah. Ngomong-ngomong ada apa telepon Dek?"

"Ini Mas tulat besok kan sudah Lebaran, Mas pulang nggak? Mama sama Bapak nanyain ke aku tadi".

Aku pun terdiam, ingin sih pulang tapi aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli tiket pulang pergi. Uang simpanan yang kumiliki rencananya untuk modal membuat kue sagu, jadi tidak mungkin aku gunakan kecuali dalam keadaan yang benar-benar darurat.

Akhirnya aku menjawab pertanyaan Dek Rinda dengan detail.

"Ah begitu ya Mas, menurutku gapapa Mas pulang aja. Atau pindah ke sini sekalian menemani Bapak sama Mama, kebetulan kan Mas juga masih sendirian hehehe" jawabnya sambil meledek yang membuatku kesal.

"Bisa sih, tapi bagaimana dengan usahaku Dek? Mas sudah banyak pelanggan di sini."

"Kan bisa dijual di toko online Mas, nanti Adek ajarin. Urusan begini mah sekecil biji semangka Mas, gampang banget."

"Yasudah nanti Mas nanti pulang, untuk ursan pindah Mas pikirin dulu ya."

Setelah itu aku melanjutkan membuat kue sagu sambil merenung. Ada satu masalah yang membuatku bimbang kalau aku benar-benar pindah, yaitu "di sana ada yang jual tepung ararut tidak ya?". Karena setahuku di kampung dulu tidak ada yang jual tepung tersebut.

Yah solusi yang bisa kupikirkan saat ini adalah membeli stok bahan di sini untuk jaga-jaga di sana jika ada yang berminat membeli kue buatanku sembari mencari di marketplace apakah ada atau tidak, harusnya sih ada ya.

Selain berjualan kue mungkin aku akan belajar menulis blog untuk penghasilan tambahan, kalau tidak salah Dek Rinda pernah mengajakku untuk masuk ke komunitas one day one post dan jika lolos seleksi aku bisa mengikuti kelas blogging. Nanti deh kalau dah pulang aku tanyakan, kebetulan aku sudah ada pengalaman menulis dan bisa menggunakan kesempatan ini sebagai ajang promosi jualanku.

Aku jadi bersemengat mencari rezeki untuk membahagiakan orang tuaku, terlebih sudah lama tidak bertemu orang tuaku. Semoga dengan pulang ke kampung halaman bisa memberikan banyak manfaat. Aamiin.

6 komentar