Hidup Sebagai Kucing

Pagi hari yang cerah orang-orang sudah bangun lalu bersiap-siap untuk beraktifitas, ada juga yang sudah berangkat semenjak subuh. Yaaa sedangkan aku tertidur pulas tanpa memperdulikan sekitarnya. Saat bangun makanan sudah di depan mata. Sungguh nikmat hidup ini dan tidak ada yang mempersalahkan itu.

Beginilah keseharian menjadi seekor kucing, tidak ada beban hidup, pekerjaan rumah, sampai masalah sehari-hari. Aku cukup senang menjadi seekor kucing karena tidak ada yang membenciku apabila berbuat kesalahan seperti buang air sembarangan sampai mengambil makanan mereka. Alih-alih memarahi mereka justru tambah sayang kepadaku.

Aku tinggal dan dipelihara oleh satu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, Anin si Kakak, dan Beni si Adek. Sudah hampir tiga tahun aku tinggal dengan mereka jadi aku tahu dengan detail kebiasaan mereka meskipun aku tidak mengerti bahasa mereka sama sekali. Cukup senang tinggal bersama mereka karena mereka begitu sayang dan mau merawatku dari kecil.

Keluarga ini sungguh lucu menurutku setiap aku bersama mereka pasti mereka tertawa tiba-tiba, aku tidak paham apa yang mereka bicarakan. Saking lucunya kadang mereka ttertawa sampai menangis yang membuatku bingung apakah mereka senang atau sedih. Ya aku tidak peduli sih, aku hanya ingin bersama mereka hingga maut memisahkan.

Tak jarang juga aku dijadikan objek cosplay oleh Anin, kebetulan saat ini dia kuliah mengambil jurusan tata busana di salah satu kampus terkenal. Mungkin dia memanfaatkanku untuk mencari ide, tetapi kenapa harus seekor kucing? Bukankah lebih baik manusia ya? Makanya setiap kali Anin memakaikan kostum kepadaku aku selalu teriak cukup keras dan kadang mencakar tangannya. Aku memang tidak suka namun aku tak tega jika menolaknya karna dia belajar cukup keras, bahkan tengah malam saat ku mau tidur aku melihat Anin masih bergelut dengan tumpukan desain.

Beni si Adik sering mengajakku jalan-jalan, ya dia masih kecil sih jadi mungkin beban hidupnya tidak seberat yang lain dan juga keluarganya tidak bisa diajak bermain setiap saat. Setiap saat ada waktu kosong dia pasti membawaku entah ke mana mulai dari taman hinga rumah tetangganya. Aku cukup senang Beni mau membawaku kemana-mana, bukan karena menemukan tempat baru tetapi menemui kucing lainnya di luar rumah. Hitung-hitung bisa tambah teman lah kurang lebih, tak jarang aku sering bermain-main dengan kucing lainnya. 

Ayah, satu-satunya anggota keluarga di rumah ini yang jarang bermain denganku. Bukan karena dia enggan tetapi kelihatannya sibuk bekerja. Berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari tenggelam. Saat pulang pun Ayah terlihat sangat lelah dan itu membuatku sedih, jika aku adalah manusia mungkin aku akan memijatnya setiap selepas bekerja. Sayangnya Anin dan Beni tidak terlalu memperdulikannya, yaa mereka punya urussannya masing-masing sih, tapi apa iya tidak peduli dengan keadaan ayahnya sendiri?

Dibanding tiga anggota lainnya aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ibu. Saat Ani, Beni, dan Ayah pergi sekolah juga bekerja Ibu hanya diam di rumah merapihkan rumah. Aku tak paham apakah tugas seorang Ibu seperti itu? Kenapa tidak meminta tolong dengan mereka? Apa takut ditolak? Terkadang Ibu memasang raut wajah cukup seram ketika merapihkan rumah, aku tak paham apa yang ada dipikiran Ibu mungkin dia kesal? Sebagai kucing aku hanya bisa melihat dan bersuara "meong" sesuka hati. 

Masing-masing dari mereka memiliki perasaan yang terpendam dan tak bisa diungkapkan satu sama lain, tetapi aku berharap tetap bisa seperti ini selamanya. Paling tidak mereka mulai mengutarakan isi hati mereka masing-masing. Aku berharap juga semua kucing di dunia bisa merasakan apa yang kurasakan. 

3 komentar

  1. Mungkin kucing- kucing di sekeliling kita mempunyai pikiran yg sama, ya, dengan si kucing dalam cerita ini.

    BalasHapus
  2. Wah.. Ini kisah dari sudut pandang seorang kucing ya? Kalau kucing bisa ngomong mungkin dia akan bilang "Woy... Bantu nih Ibumu beres-beres, capek taauu"

    BalasHapus
  3. Dugaanky langsung dipatahkan di paragraf pertama lho, kupikir ini orang ternyata kucing wkwk. ini pure cerita si kucing atau analogi, ya? Kayak kamu berusaha menjelaskan suatu kondisi keluarga melalui sudut pandang si kucing yang absurd tapi ini out of the box, sih. Huhu keren banget!! Next bikin kayak gini lagi~~

    BalasHapus