Kenyataan yang Pahit

Aku suka dia
Sama dia juga suka
Tapi kenapa sih mama bilang kalau ini cinta monyet

Lagu itu terus mengiang di kepalaku beberapa hari terakhir. Entah kenapa aku senang mendengarkan lagu itu beberapa hari terakhir. Ya, sepertinya aku baru merasakan jatuh cinta untuk pertama kali. Kalau dipikir-pikir untuk anak SMP sepertinya lucu sekali.

Semua itu bermula saat hari pertama masuk sekolah, di mana siswa baru mendapatkan kelas masing-masing. Sebagai anak rantau dari desa, tidak ada satu orang yang aku kenal jadi tidak masalah mendapatkan kelas mana saja. Namanya juga anak rantau harus bisa beradaptasi dengan lingkungan baru.

Saat memasuki ruang kelas rasanya berbeda sekali dengan ruangan kelas di kampung. Beregam perlatan canggih ada di sini, mulai dari AC, kipas angin, hingga proyektor pun ada. Semua ini membuatku terkagum karena bisa menikmati semua fasilitas ini secara cuma-cuma tanpa biaya sepeserpun. Pemerintah mewajibkan sekolah sembilan tahun bagi anak-anak yang dilaksanakan dengan menghapus segala macam biaya untuk tingkat SD dan SMP.

Siswa siswi dikelasku terlihat "kinclong" dan sangat mencirikan penampilan anak kota yang membuatku berpikir sepertinya mereka jarang bermain di luar. Akan tetapi, dari semua murid di kelas ada satu siswi yang membuatku mudah berpaling. Dilihat dari penampilannya mirip sekali dengan ibuku di kampung mulai dari mengenakan kerudung hingga menutup dada, sarung tangan syar'i, hingga sering memakai kacamata. Duh, aku jadi kangen ibuku.

Ternyata namanya Diana, dia sangat baik kepada siapapun, tidak pernah marah, dan mudah sekali tersenyum. Aku pernah mengobrol dengannya dan ketika dia tersenyum, duh seketika hatiku meleleh dibuatnya. Sungguh sejak saat itu aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan dia. Apakah ini pertanda aku suka dengan dia? Ah bagaimana inii, aku harus apa?

Beberapa hari kemudian saat waktu pulang sekolah aku sedang menunggu angkutan umum tak sengaja aku melihat Diana. Sepertinta dia juga sedang menunggu angkutan umum. Aku tidak pernah tahu ke arah mana dia pulang karena saat bel sekolah berbunyi dia langsung keluar kelas dengan cepat, pikirku mungkin dia ada kegiatan lain. Tiba-tiba tak lama kemudian datang seorang laki-laki, sepertinya seumuran denganku. Dia sangat tinggi mungkin aku setinggi bahunya, berkulit putih, dan rambutnya sangat rapih sekali seperti menggunakan pomade. Mereka terlihat akrab sekali untuk seorang anak SMP, apakah mereka teman? Atau saudara? Aku jadi penasaran.

Hingga akhirnya mereka naik angkutan umum yang ternyata sama dengan angkutan umum yang biasa kutumpangi, akhirnya akupun ikut naik. Aku duduk tepat di belakang supir, sedangkan Diana dengan laki-laki itu duduk bersebelahan di bagian belakang. Sepanjanyan perjalanan mereka terlihat akrab sekali, tak jarang juga mereka tertawa kecil. Entah mengapa ketika aku melihatnya aku merasa marah, tak terima orang yang kusuka dekat dengan orang lain. Yaa, aku bukan siapa-siapa sih hanya sebatas teman sekelas, tetapi kenapa aku harus semarah ini? Pacar saja bukan.

Sekitar sepuluh menit perjalana tiba-tiba angkutan umum berhenti untuk menurunkan beberapa penumpang. Penumpang pun turun termasuk laki-laki itu hingga menyisakan aku dengan Diana. Tanpa berpikir panjang aku langsung bergeser dekat dengan dia dan mulai bertanya.

"Diana, itu siapa? Kelihatannya kalian deket banget deh", tanyaku penasaran

"Ohh itu Beni, pacarku hehe"

"Hah? Gak salah denger?"

Diana pun hanya tersenyum. Duhhh, ini mimpi bukan ya? Rasanya seperti bukan kenyataan. Kucubit pipi dan beneran sakit, ternyata ini kenyataan. Orang yang kusuka selama ini ternyata sudah punya pacar. Huhuhuhu sedih sekali.

3 komentar

  1. Jangan bersedih, nanti Allah kasih jodoh yang lebih baik lagi. Eh btw, itu lagu pas opening lagu lama loh.. Hahaha

    BalasHapus
  2. Untung taunya diawal pas perasaannya nggak makin dalam dan besar jadi nggak terlalu sakit banget sih cuma ya kaget ajah gitu sama kek kecewa dan harus meenerima semuanya

    BalasHapus