Masalah dan Teka-Teki (Bagian 2)

Suasana kelas begitu hening, hanya ada suara gesekan antar kertas yang menandakan lembar soal dan lembar jawaban mulai dibagikan kepada masing-masing siswa. Ujian penentuan nasib para siswa apakah akan naik kelas apa tidak pun dimulai. Para siswa begitu serius membaca soal satu per satu.

Para siswa begitu tertekan saat mengerjakan ujian dengan soal yang benar-benar sulit, selain itu pengawas di ruangan ini, Bu Yuni, cukup ketat dalam mengawas. Beliau tidak memberi celah sedikitpun untuk siswa agar bisa mencontek. Meski kesempatan mencotek ada, di sudut kelas terdapat CCTV yang siap memantau pelaksanaan ujian untuk menghindari kecurangan yang terjadi.

"Ah ini mudah sekali, untung saja semalam aku mempelajari ini", gumam Anto sambil tersenyum.

Untung saja dia sudah tidak memikirkan lagi teror yang belum lama ini dia terima. Dia berpikir teror itu hanyalah omong kosong belaka dan bertujuan untuk mengganggu konsentrasi saja. Lima puluh soal pilihan ganda dia kerjakan begitu mudahnya layaknya membalikan telapak tangan.

Waktu tersisa enam puluh menit lagi dan Anto sudah menyelesaikan ujiannya. Bisa saja dia mengumpulkan duluan namun tidak bisa, karena aturan saat ujian hanya boleh mengumpulkan ketika waktu ujian sudah selesai. Tidak memiliki pilihan lain Anto memilih untuk tidur, menghabiskan waktu semalam untuk belajar cukup membuatnya matanya terliaht seperti mata panda.

Kedua tangan dia sandarkan pada meja dan menggunakannya sebagai bantal, Anto tidur dengan pulasnya tanpa memperdulikan pengawas. Toh, dia sudah selesai jadi kenapa harus ditegur? Begitu yang ia pikirkan.

Semua terlihat gelap gulita layaknya rumah yang sudah lama tak dihuni, tiba-tiiba terdengar suara.

"Ingat tantanganmu, kau belum merasakannya kan? Inilah saatnya hahaha"

Sontak Anto terbangun dengan muka panik, hampir saja dia berteriak. Untungnya juga Bu Yuni tidak menyadari Anto panik. Buru-buru ia mengusap keringat yang bercucuran. Jantung berdetak semakin kencang, perasaan gelisah pun menyelimutinya sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Kembali tidur bukanlah pilihan yang baik, sepertinya diam adalah opsi yang masuk akal.

Di saat orang berlomba-lomba untuk bisa lolos, akan ada satu orang yang mengganggu meskipun yang lain berusaha dengan keras.

Anto masih bingung dengan kata-kata tersebut, apa maksudnya? Orang yang mengirim tantangan ini sungguh tidak jelas. Jika perumpamaan itu mengarah pada siswa yang sedang ujian saat ini, itu tidak masuk akal. Kondisi sekarang tidak memungkinkan mereka untuk mencontek, pengawas kali ini benar-benar seram. 

Melamun begitu lama tiba-tiba ada yang mencolek punggung Anto, reflek dia langsung menoleh ke belakang. Ternyata itu Bejo, dia terlihat menyodorkan sebuah kertas yang digulung. Anto ragu untuk mengambilnya karena takut ketahuan meskipun saat itu Bu Yuni sedang keluar asik mengobrol dengan salah satu staff sekolah. 

"Nto tolong kasih ke Dinda dong, dia kan depan elu", bisik Bejo 

"Dih apaan emang itu? Pengawas emang lagi di luar, emang lu ga takut keliatan CCTV?"

"Tenang CCTV di ruangan ini mati katanya, jadi mencontek pun aman ketika pengawas keluar. Ini isnya jawabn, kalau lu mau liat juga boleh. Tapi jangan lupa dioper kedepan ya"

Tanpa berpikir panjang Anto langsung mengambilnya, dia tidak ada niat untuk mencontek sama sekali. Yakin akan kemampuannya, dia merasa mencontek adalah suatu kebohongan atas kerja keras ia selama ini. Sudah siap memberikan kepada Dinda, dia baru sadar bahwa hampir satu kelas mencontek dengan cara mengoper gulungan kertas yang berisi jawaban. Ia terheran, kenapa mereka sampe segitunya demi bisa naik kelas.

Tiba-tiba Bu Yuni muncul di pintu ruangan untuk melihat apakah ada yang berbuat curang. Benar saja, salah satu teman sekelasnya ada yang ketahuan. Tanpa basa-basi, Bu Yuni langsung menghampiri mereka dan mengambil lembar jawaban mereka.

"Kalian ini ya, udah gede masih aja nyontek. Gak malu apa! Nih rasain, gabisa ikut ujian kalian hari ini", ucapnya sambil merobek lembar jawaban.

Kejadian tersebut membuat siswa terdiam dan ketakutan ketika dua teman sekelas mereka menangis karena tidak bisa ujian. Akhirnya, Bu Yuni keluar lagi untuk melanjutkan sesi rumpi yang sempat tertunda. Bukannya kapok, siswa masih saja melanjutkan aksi menconteknya namun kali ini lebih berhati-hati.

Anto bingung, apakah dia harus memberikan ke Dinda atau cukup dia simpan saja. Sekalipun tidak mencontek apabila mengantarkan jawaban ke orang lain rasanya dia sama saja mencontek tetapi secara tidak langsung.

Tersadar, dia tiba-tiba paham akan masuk perumpamaan tantangan dari orang tidak jelas itu. Dia berpikir maksud dari pesan tersebut adalah sekalipun kita belajar sungguh-sungguh, akan ada sedikitnya satu orang berusahan untuk mencontek. Anto memang tidak mungkin menyontek, tetapi orang lain bisa saja melakukan itu dan meminta jawaban darinya atau mengantarkan jawaban ke orang lain. Kalau dilakukan sama saja kita berpartisipasi dalam kegiatan mencontek kan?

Kertas yang ia dapatkan dari Bejo langsung dirobek seketika membuat Bejo kaget. Akhirnya dia melanjutkaan tidurnya tanpa memiliki rasa salah sedikitpun.

Teeeetttttttttttt

Bel sekolah berbunyi menandakan bahwa ujian telah usai dan para siswa mengumpulkan jawaban yang sudah dikerjakan. Anto keluar kelas dengan santainya, tiba-tiba ia melihat satu pukulan yang hampir mengenai wajahnya. Untungnya Anto memiliki kemampuan layaknya super hero sehingga reflek menghindar dengan menunduk. Ternyata yang memukul itu Bejo.

"Woi, kok lu ga ngasih jawaban dari gue ke Dinda?", tanya Bejo penuh emosi

"Ya gimana ya, gua niatnya mau ngasih tapi gak jadi karena males aja. Lagian payah amat ujian masih nyontek. Sebodoh itu kah kalian?",

"Yaelah kan lu cuma ngasih doang, ga ngasih jawaban punya lu. Hiii dasar sok suci lu"

"Iya dong, aku suci kalian penuh dosa", timbal Anto tertawa sambil berlari.

Menurut Anto itu adalah langkah yang benar dan itu adalah jawaban dari tantangan yang ia dapatkan. Namun dia bingung, bagaimana orang tersebut bisa tahu kalau saat ujian tadi akan ada yang mencontek.
Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi, ternyata orang tak jelas itu yang mengirim pesan.

Selamat lu udah berhasil melewati tantangan pertama. Hebat lu bisa menahan diri untuk tidak ikut serta dalam kegiatan mencontek. Saluuuttt.
Untuk hadiah tantangan pertama silahkan jawab (lagi) dengan mengisi lirik lagu yang kosong ini.

Lelaki ...... darat, buset!
Aku tertipu lagi
Uwooooo

Kalau udah ketemu jawabannya, simpen aja. Suatu saat akan berguna kok.
Sekarang istirahat dulu aja, tunggu info tantangan selanjutnya ya!

Note:
Simpan nomor ini dengan nama Mrs. A ya :)

Anto jengkel membacanya, melihat soal yang diberikan lagi. Ia tahu jawabannya, yaitu "buaya". Bagaimana tidak itu adalah lagu kesukaan Anto waktu kecil. Banyak pertanyaan bermunculan di kepala Anto. Jawaban "buaya" ini untuk apa?  Kok Mrs, A bisa tahu lagu kesukaannya? Dan lagi kok dia bisa lihat keadaan saat ujian tadi? Padahal kata Bejo tadi CCTV dalam keadaan mati dan sudah ia cek lagi selepas ujian ternyata benar-benar mati. 

Ah, Anto tidak ingin memikirkannya untuk saat ini. Lebih baik dia pulang dan beristirahat, hari ini sungguh melelahkan. Dia yakin tantangan selanjutnya akan lebih sulit. Tantangan apa lagi yang akan menyulitkannya kelak?

2 komentar

  1. Sepertinya, di setiap tantangan akan menyajikan pesan atau amanat, ya.

    BalasHapus
  2. Idihhhh ngakakk banget gue astaghfirullah ini mrs. A siapa sih? Greget banget, ngasih tantangan udah bener-bener sampe otakku gak nyampe, tapi ngasih hadiah pake yang di luar nalar. Sumpah ga ketebak wkwkwkwk karakter si Anto juga suka banget segala jadiin buaya darat lagu favorit wkwkkwkwk favorit sih ini wkwkkwkw

    BalasHapus