Masalah dan Teka-Teki (Bagian 3)

Ujian telah usai sehingga tidak ada aktifitas apa=apa di sekolah. Para siswa tidak diwajbikan datang ke sekolah kecuali memang ada urusan seperti remedial atau mengumpulkan tugas yang belum dikumpulkan hingga sekarang. Anto pikir akan menerima panggilan guru untuk perbaikan nilai ternyata tidak. Dia keheranan kenapa tidak dipanggil ke sekolah dan merasa kesal karena ingin merasakan susahnya mengerjakan perbaikan, tetapi apa boleh buat mungkin ini memang rezekinya. Akhirnya, Anto memilih untuk bersantai di rumah menikmati eskrim.

Sudah satu minggu ini ia belum menerima tantangan dari Mrs. A, ia tidak khawatir akan tantangan yang diberikan tetapi ia takut foto aib masa kecilnya diam-diam sudah disebar. Meskipun hingga saat ini foto tersebut belum beredar di media sosail manapun, tapi tetap saja lumayan membuat jantung berdetak tidak karuan. Dari pada luntang-lantung tidak jelas begini, lebih baik dia mandi untuk menyegarkan pikirannya. 

Selesai mandi dia kepikiran untuk pergi ke taman kebetulan cuacanya sedang cerah, jadi pasti akan rame di sana. Siapa tahu ia bisa lebih rileks menghadapi kelakukan Mrs. A yang tidak jelas ini. Hendak melangkahkan kaki keluar dari rumah, tiba-tiba telepon genggam Anto berbuny, ternyata itu pesan dari Mrs. A

Hallo Anto, Selamat sore xixixixi
Lagi mau pergi ke mana nih? 
Sepertinya berpergian akan lebih asyik jika ditemani oleh tantangan bukan?
Nah, inilah saatnya tantangan kedua kita mulai. Gimana? Udah ga sabar kan? 
Baca baik-baik ya ini cluenya:

Ketika melihat angka enam dengan sudut pandang yang berbeda bisa saja memiliki dua arti. Pertama melihat angka enam dan yang kedua melihat angka sembilan. Berbeda itu wajar, tetapi jika salah maka harus diberi tahu dengan kepala dingin. 

Bingung gak? Pasti bingung lah wkwk
Kalau mau tau apa maksudnya, silahkan datang ke taman dan temukan sendiri. 

Anto terdiam kesal, lagi-lagi mendapatkan teka-teki yang tidak jelas. Langsung saja Anto pergi ke taman dengan mengendarai sepeda. Sesampainya di sana benar saja taman terlihat ramai, muda mudi hingga lansia meramaikan suasana taman. Tidak sedikit juga pedagang kaki lima menjajakan jualannya sehingga taman benar-benar berisi lautan manusia, untung saja taman cukup luas sehingga masih terliha ruang kosong.

Tidak memiliki tujuan, Anto memutuskan mermarikan sepedanya dan ingin berjalan-jalan mengelilingi taman, tidak ada teman tidak ada pacar sungguh nikmat berjalan sendiri. Ketika asik berjalan tiba-tiba Anto terjatuh, dia bingung kenapa dan ternyata dia tersandung payung yang tergeletak di tengah jalan. Awalnya Anto cuek saja dengan membiarkan payung itu terbaring di jalanan, namun ia menemukan secarik kertas yang terikat pada payung.

Kalau ada yang menemukan payung ini tolong kembalikan ke saya ya.

Sungguh informasi yang berguna, saya ini siapa? Harus cari di mana? Seperti apa wujud pemilik payung ini? Dari pada kebingungan akhirnya dibawa saja itu payung siapa tahu bertemu pemiliknya nanti. 

'Dilihat-lihat payung ini bagus juga, kalau dijual lumayan nih buat jajan sebulan"

Anto membulak-balikan payung yang dipegangnya sambil penasaran. Melihat payung sebagus ini rasanya ingin dibawa pulang saja, lumayan dijual. Namun, dia sadar ini payung bukan miliknya dan tidak etis jika menjual barang yang bukan miliknya, bukannya berkah nanti malah kena musibah. Jadi, lebih baik dia menunggu pemiliknya untuk datang. 

Sudah setengah jam ia berjalan dan belum ada yang menghampiri dia untuk mengambil payung ini. Kehabisan akal dan tenaga Anto memutuskan untuk duduk di kursi taman, tak lama kemudian ia melihat orang membawa toa sepertinya habis sosialisasi suatu acara, terlihat dari atribut, brosur, hingga spanduk yang dibawa berupa detail acara konser. Tanpa pikir panjang ia menghampiri mereka dan meminta izin untuk menggunakan toa sebentar.

"Yak selamat sore semuanya. Siapapun yang mendengarkan ini minta perhatiannya sebentar. Bagi yang merasa kehilangan payung silahkan datang ke sumber suara. Saya tunggu selama 10 menit, jika tidak ada yang datang maka saya akan pulang dan kembali lagi esok hari. Sekian terima gaji eh salah, terima kasih sebelumnya."

Suara yang dihasilkan toa lumayan besar jadi ia yakin akan kedengaran kurang lebih setenagh dari luas taman ini. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menunggu.

Sembilan menit sudah berlalu, kesabaran Anto sudah hilang. Nyatanya sampai sekarang belum ada yang mau mengambil payung ini. Tanpa berpikir panjang Anto pun langsung siap-siap pulang.

"Tunggu dek, boleh lihat payungnya?"

Seorang laki-laki berumur 20 tahun-an dengan pakaian biasa saja menghampiri Anto. 

"Iya mas ini silahkan dilihat." 

Lelaki itu memeriksa dengan serius, saking seriusnya Anto sampai curiga. Logikanya jika itu memang payung dia seharusnya dia dengan cepat mengenalinya. Sedangkan ini terlihat seperti baru pertama kali melihatnya.

"Oh iya mas, ini payung saya ternyata."

"Yang bener mas?"

"Iya bener mas, masa nggak percaya sih?"

"Ya gimana ya mas, habisnya serius banget ceknya"

"Loh namanya juga barang hilang baru ketemu, ya wajar dong!"

Lelaki itu tampak emosi, Anto masih bersikeras tidak ingin memberikannya, insting dia berkata bahwa lelaki ini adalah penipu. Perdebatan pun terus berlanjut, tiba-tiba datang perempuan paruh baya menghampiri mereka. Sepertinya hendak mengambil payung tersebut.

"Cuuuu.. itu payung Nenek ya? Mirip banget sama punya nenek"

Mereka berdua terdiam melihat si Nenek bertanya. Anto berpikir sejenak sambil melihat Nenek dengan serius.

"Bener Nek ini payungnya?"

"Iya Cuuu, bener kok. Dari tadi Nenek cari itu payung."

Benar saja ketika Anto lemah lelaki tersebut langsung merebut payung tersebut kemudian lari. Beberapa orang ikut lari mengejar pencuri, tetapi Anto yang kaget bukannya ikut lari mengejar malah melepas sendal dari kakinya dan langsung melempar ke arah lelaki tersebut. Layaknya penembak jitu lemparan Anto benar-benar mengenai sasaran lebih tepatnya bagian kepala lelaki tersebut. 

Sontak lelaki itu terjatuh tanpa berpikir lama Anto dan orang sekitar menghampiri lelaki itu. Mereka menahannya agar tidak bisa bergerak, banyak orang yang hendak memukul lelaki itu tetapi Anto menahannya. Menurut dia menghabisi lelaki ini bukanlah jalan yang tepat, lebih baik diserahkan pada petugas keamanan di taman. Orang-orang tetap tidak setuju, mereka tetap ingin menghajar habis-habisan lelaki ini, bisa-bisanya mencuri barang seorang nenek-nenek.

"Sudah-sudah, bawa saja ke satpam. Kasian kalau babak belur, kalian mau tanggung jawab juga?"

Orang-orang yang tadinya ingin memukul langsung terdiam. Anto  ikut senang dengan keputusan Nenek karena membiarkan si pencuri ini dibawa saja. Setelah itu Anto mengembalikan payung itu ke Nenek dan pergi bersiap-siap pulang.

Selama di perjalanan Anto senang karena bisa membantu Nenek yang kehilangan payung, tetapi dia masih bingung maksud tantangan tersebut. Dugaan dia sementara adalah menghajar pencuri atau menyerahkan pencuri ke pihak yang berwajib adalah pilihan yang tersedia saat itu, seperti melihat angka enam dari berbagai sudut pandang. Ada yang melihatnya sebagai angka enam dan ada juga yang melihatnya sebagai angka sembilan. Melihat angka enam sebagai angka sembilan itu seperti ingin menghajar pencuri yang hendak dilakukan orang-orang tadi, tidak salah namun bukan pilihan yang tepat. Untung saja dilerai oleh Nenek sehingga aman dan setuju untuk menyerahkan.

Makin lama makin dipikir masuk akal sih, namun menurut Anto apapun itu harus dihadapi dengan kepala dingin supaya tidak menimbulakn pertikaian. 

"Yaa bodo amat lah sama tantangan tadi, harusnya mah udah selesai itu. Mending buru-buru pulang.". gumamnya.

Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi lagi, ternyata itu pesan dari Mrs. A

Selamaat! Lu telah menyelesaikan tantangan hari ini!
Sungguh bijak tidak ingin menghajar pencuri itu, mamalu pasti bangga!
Ada hadiah nih, sama kaya kemarin silahkan jawab yak

Mie burung .... , enaknya nyambung terus!

Udah ketemu jawabannya? Gampang kok, kan lu suka makan mie jadi bakal tahu jenis mie apa ini.
Anyway, tunggu tantangan terkahir dua hari lagi ya!
See ya!

"Lagi-lagi hadiah seperti ini, tidak ada soal yang lebih susah apa?"

Tanpa berpikit lama Anto tahu jawabannya. Mie itu adalah Mie burung "dara", mie yang sering muncul di tivi-tivi gitu deh. Anto heran kenapa jawabannya nama-nama hewan semua, mau buat kebun binatang kali ya.

3 komentar

  1. Kwkwkw Mrs. A ini siapa sihh, awalnya kupikir dia ini musuhnya sI Anto, secara Anto kan rada-rada orangnya. Tapi makin ke sini makin kayak orang yang nyebelin tapi seru bikin si Anto kesel wkwkwk ini masalahnya klise, tapi pesannya luas banget. Kayak yang main hakim sendiri itu orang-orang masih gampang kesulut emosi padahal itu bukan jalan terbaik. Keren sih, bisa nyatuin pesan dan kekocakan dalam satu ceritaa.

    BalasHapus
  2. Pake acara kepikiran mau jual payung segala yaa, untung g jadi, karena sadar itu perbuatan tidak baik. Tokoh Anti ini polos dan lugu tapi nyebelin.

    BalasHapus
  3. Mie burung dara emang enak, hahah..
    Nih yang kasih teka teki teka teko suka makan mie juga kayaknya.

    BalasHapus