Menelaah Masalah Minat Baca

Membaca sudah menjadi salah satu cara untuk membuka gerbang ilmu pengetahuan di dunia yang luas ini. Setidaknya untuk semua kalangan, namun apakah hal tersebut dilakukan oleh warga Indonesia? Berdasarkan data UNESCO, Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara dengan presentase sebesar 0,001% saja warga Indonesia yang memiliki minat baca.

Sungguh sedih melihatnya dan merasa tertampar oleh realitas bahwa aku sendiri pun masih malas untuk membaca. Lalu, apa saja faktor-faktor ytang menyebabkan rendahnya minat baca? Apakah memang benar warga Indonesia memiliki minat baca serendah itu? Mari kita coba bahas berdasarkan yang kualami disekitar rumah.

Banyak faktor yang menentukan minat atau tidaknya seseorang dalam membaca. Dimulai dari pengaruh lingkungan hingga kemauan diri sendiri. Pada dasarnya sehari-hari kita tak luput dari membaca, mulai dari membaca pesan singkat hingga membaca buku pelajaran. Terus kok masih saja rendah ya? Apa ada yang menggangu sehingga orang-orang enggan untuk membaca?

Sebelum ke situ mari kita mulai dari lingkungan, loh kok lingkungan? Ya, lingkungan menjadi faktor utama yang sangat berpengaruh, karena lingkungan dengan mudahnya membawa diri menjadi lebih baik atau lebih buruk. Sayangnya, di zaman ini banyak kutemui anak-anak asik bermain gadget ketimbang membaca atau bermain dengan alam. Orang tua kebanyakan tidak ingin ambil pusing mengurus anak, dari pada anaknya nangis tiada henti lebih baik kasih gadget biar anteng. Padahal banyak cara untuk menenangkan anak, bisa dengan membeli buku cerita bergambar lalu membaca bersama-bersama. Tujuannya agar anak familiar dengan buku dan senang ketika melihat buku. Tentunya dengan pembawaan yang ceria anak akan mudah paham dengan apa yang diceritakan di buku, dengan begitu anak akan senang membaca buku.

Nah, di zaman yang serba canggih ini banyak buku yang mudah diakses dimanapun melalu gadget seperti pada aplikasi iPusnas. Pada aplikasi tersebut terdapat banyak pilihan buku yang bisa kita pilih untuk membaca. Banyaknya pilihan buku ini bisa menjadi masalah untuk orang yang ingin memulai kebiasaan membaca buku, karena mereka akan kebingungan untuk memilih buku pertamanya. Terlebih jika belum memiliki jenis buku yang disenangi. Akibatnya ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu dia asal pilih buku atau tidak memilih sama sekali. Kalau dia asal pilih buku pun tak masalah yang penting mau memulai dahulu, berbahaya jika tidak memilih sama sekali karena akan sangat susah untuk mau memulai kembali.

Paling tidak dibutuhkan rekan yang memiliki minat sama, sehingga bisa mengarahkan kira-kira buku mana yang bisa dibaca untuk pertama kali. Juga, bisa tahu pendapat orang lain tentang buku yang ingin dibaca hanya untuk sekedar perbandingan saja. Segala sesuatu jika dilakukan sendiri dan tidak memiliki niat yang kuat maka akan mudah tergoyahkan, maka dari itu dibutuhkanlah rekan sejawat agar bisa saling mengingatkan.

Adapun yang membuat orang-orang malas membaca karena menemukan kata-kata yang baru pertama kali ketemu, mereka tidak paham apa maksud dari kata tersebut. Apalagi jika bahasan atau kalimat yang digunakan lumayan berat untuk dipahami sehingga membuat orang mengurungkan niat untuk melanjutkan membaca. Tak sedikit juga beberapa orang yang menyalahkan penulis karena menggunakan kata-kata yang sulit dipahami. Padahal kalau mereka sabar atau membuka kamus bahasa maka mereka juga akan paham dengan maksud penulis, bukannya marah-marah tidak jelas.

Sudah tidak paham apa yang dibaca, ada saja orang yang ingin buru-buru menyelesaikan bacaannya hanya sekedar tau isinya apa. Membaca buku itu suatu seni kawan, di mana kata per kata memiliki makna yang indah dan berkesinambungan. Buat apa baca terburu-buru, yang ada tidak bisa menikmati. Aku teringat salah satu perumpamaan dosenku ketika bimbingan skripsi, mungkin agak kurang sesuai tapi jika kita aplikasikan dalam membaca buku menurutku akan berguna. Kurang lebih seperti ini:

"Nulis skripsi ibaratkan makan 1 ekor sapi. Kalau disuruh menghabiskannya dalam 1 waktu pasti stres. Cicil saja per hari, 2-5 potong daging per hari. Dalam beberapa bulan sapi tersebut akan habis juga dimakan."

Dari kata-kata di atas bisa disimpulkan bahwa membaca pun tidak usah terburu-buru, pelan-pelan saja lama-lama juga akan selesai kok, tenang saja. Toh, kita membaca buku karena ingin mengambil pelajaran yang didapat kan? Sehingga akan nempel lama terus di pikiran kita. Menulis rekap atau rangkuman apa yang sudah kita baca juga bisa membantu feelling membaca menjadi lebih nyessssss di hati. 

Terakhir, menurutku bangku sekolah juga memiliki peran penting dalam meningkatkan minat membaca. Kenapa? Karena selama di bangku sekolah, aku hanya diajarkan untuk menghafal bukan untuk memahami suatu materi. Mungkin saat sekolah itu berguna, namun di bangku kuliah tidak ada gunanya sama sekali. Menghafal memang menjadi salah satu cara tercepat untuk ingat dengan materi yang di bahas, tetapi akan cepat lupa juga. Tidak mungkin juga kita hafalin satu mata kuliah yang isi satu bukunya memiliki ratusan halaman, mau berapa lama itu hafalinnya? Yang ada keburu lulus duluan. 

Sekolah bisa memberikan beberapa alternatif cara untuk meningkatkan minat membaca siswa. Misalnya, memberikan tugas merangkum dari materi yang di baca, dengan begitu siswa akan bisa menentukan mana poin-poin penting untuk memahami materi tersebut. Bisa juga dengan memberi hadiah atau apresiasi jika membaca banyak buku dalam satu minggu. Sekolah juga harus menyediakan ragam buku yang bervariasi dan digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa pun akan terbiasa membaca berbagai sumber ketika menyelesaikan suatu masalah. Hal itu bermanfaat juga di bangku kuliah sehingga tidak akan kaget jika membaca banyak buku yang isinya hampir berbeda ketika mencari bahasan suatu topik.

Dari semua permasalahan yang sudah dibahas, membaca sudah sepantasnya menjadi kewajiban siapapun tanpa memandang umur. Setidaknya dengan membaca bisa meningkatkan kemampuan menulis dan berkomunikasi. Tidak ada ruginya kok dengan membaca apabila kita tahu apa yang kita baca. Yuk biasakan membaca!


Sumber:

2. Reading Crisis among Indonesian College Students

3. Increasing literacy in Indonesia

3 komentar

  1. jadi senyum sendiri baca nulis skripsi seperti potong sapi ini apa efek dari hari raya qurban ya kak..asiik juga bisa menjadi ide baru.
    masih tersentuh dengan kata kata rekan yang sama artinya rekan yang punya minat sama membaca. saya masih kekurangan rekan seperti ini.. sediiiih

    BalasHapus
  2. Ih bener. Di sekolah kita dituntut untuk hapal, karena soal yang diujiankan jg berbentuk hapalan. Ketika soal yg diminta ialah memecahkan kasus dari konsep yang sebenarnya kita hapal, jadi terkesan sulit sekali. Makanya saya ingat kata seseorang, pelajaran sekolah itu bukan dihapal harusnya, tetapi di pahami konsepnya. Karena ketika paham konsep, maka mau berbentuk apapun kasus soalnya, kita pasti bisa menjawabnya

    BalasHapus
  3. Pada akhirnya semua balik lagi ke diri sendjri, memang kita butuh rekan degan minat yang sama untuk istilahnya berjuang bareng. Tetapi, kita juga harus bisa survive sendiri karena rekan ga akan selalu ada.

    Soal menghafal ini aku setuju sih. Selama sekolah, aky juga lebih sering disuruh menghafal yang enggak bertahan lama karena hafalannya engak dipahami. Sebenernya, kan, menghafal yang efektif itu dengan cara memahami. Sehingga yang dihafal dapat bertahan lama dan enggak bakal lupa ksrena dipahami.

    BalasHapus