Perkumpulan Bapak-Bapak

"Bim nanti mala tolong wakilin Ayah ya dipertemuan bapak-bapak nanti malam"

"Siap Bun!" Jawab Bima dengan cepat.

Bima sangat senang mendengarnya lantaran sudah lama sekali dia ingin ikut pertemuan bapak-bapak. Sejak kecil dia penasaran apa yang ayahnya lakukan ketika kumpul dengan bapak-bapak komplek, karena setiap pulang ayahnya selalu bercerita kalau pertemuan bapak-bapak itu seru sekali. Dia pikir mungkin banyak membahas seputar olahraga, pekerjaan, bahkan konspirasi, ya wajar namanya juga laki-laki obrolannya pasti tak jauh dari itu. Berbeda dengan ibu-ibu yang biasanya senang dengang gosip dan gibahin ibu-ibu yang tidak hadir.

Lelaki berumur 25 tahun ini memang masih jomblo, maklum dia masih senang berkelana kesana-kemari dan belum kepikiran untuk mencari pendamping hidup. Lagipula orang tuanya sejauh ini tidak pernah menyuruh cepat-cepat mencari jodoh, jadi ya Bima santai saja. Makanya kesempatan jni adalah kesempatan langka dalam hidupnya, karena bisa kenal lebih dekat dengan para tetangga.

Bima memang punya banyak teman tongkrongan, tetapi setiap kumpul selalu membosankan. Selalu saja ngomongin orang, dimulai dari mencari kesalahannya hingga membicarakan aibnya. Terlebih, jika ada satu orang yang tidak ikut karena sedang pergi dengan pacarnya duh bakal jadi omongan tujuh hari tujuh malam sudah. Bima berpikir ini teman-temannya sebel karena temennya tidak memprioritaskan mereka atau mereka hanya iri karena sampa detik ini tidak dapat pasangan. Memikirkannya sungguh melelahkan.

Dari pada mikirin teman tongkrongannya yang tidak jelas, lebih baik dia siap-siap untuk pergi ke pos ronda. Tak lupa ia membawa sarung dan senter, karena kabarnya perkumpulan nanti malam sskalian melakukan ronda. Bima benar-benar excited layaknya anak kecil yang hendak pergi ke taman bermain.

"Bun, Bima pamit yaa"

"Iya Bim, hati-hati. Ingat ya jangan ikut-ikutan merokok! Kalau ditawarin tolak baik-baik"

Setelah mencium tangan Bunda, Bima pun pergi. 

Lagi-lagi Bima berjalan dengan girang, entah apa yang dia rasakan jika orang-orang melihatnya pasti sudah dikira orang gila.

"Woi orang gila ngapain lu di sini?", Ucap seorang lelaki muda sambil melempar sendal yang tepat mengenai kepala Bkma

"Aduuhh! Ni siiapa sih yang ngelempar! Woy sini lu"

Bima akhirnya menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang melemparinya sendal, ternyata itu adalah Yanto

"Lah Yanto? Ngapain lu malem-malem keluar? Mau maling ya?"

"Kaga lah, gua kan mau ke pos ronda ngumpul sama bapak-bapak"

"Lah sama, yaudah kuy bareng"

Mereka pun pergi bersama, mereka berdua ternyata pergi mewakili ayah mereka masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka membahas apa saja yang akan terjadi ketika bapak-bapak kumpul dan mereka terlihat memiliki ekspetasi yang tinggi.

Setibanya mereka sampai di pos ronda ternyata sudah ramai.

"Wah ini anaknya Pak Dimas dan Pak Santoso ya? Mari-mari", suara salah satu bapak-bapak.

Bima dan Yanto pun datang dan masuk ke dalam pos ronda. Di sana banyak sekali cemilan, rasanya seperti arisan saja di mana banyak makanan tersaji.

Baru saja Bima dan Yanto duduk, tiba-tiba ada yang menawari rokok.

"Mau rokok, dek?"

"Maaf Pak, saya ndak merokok", jawab Bima menolak sambil tersenyum

Bapak-bapak yang menawari rokok itu pun tertawa. Bima menjadi kebingungan dibuatnya. Tak lama kemudian Pak RT pun membuka acara kumpul malam ini, semua orang begitu memperhatikan apa yang dibicarakan beliau. Maklum, sesepuh jadi semua warga sangat menghormatinya.

"Yah, itu saja dari saya. Selanjutnya sembari menunggu pukul 12 malam marilah kita mengobrol bebas. Bahas apa ya kira-kira?"

"Bahas olahraga saja Pak RT!", Celetuk salah satu warga

"Ah bosan, yang lebih seru dong"

"Bahas rumah tangga saja!"

"Heh, masih ada anak mudah! Ngapain bahas begituan!"

Bima dan Yanto pun tersipu malu. Mereka mau saja ikutan bahas hal tersebut, tetapi nyatanya hanya mereka berdua saja yang belum menikah. Satu ruangan pun terdiam memikirkan topik apa yang pas. Tiba-tiba

"Eh eh sudah tau belum? Pak Andi tiba-tiba beli mobil second lho", celetuk seorang bapak-bapak

"Hah? Serius?" Pak RT terlihat kaget

"Iya, saya juga heran. Padahal kan dia kerjanya serabutan, kok bisa-bisanya punya mobil"

"Dia ngepet kali Pak"

Seketika satu ruangan pun tertawa kecuali Bima dan Yanto. Mereka bingung kenapa dari sekian banyaknya topik lebih memilih gibahin tetangga mereka sendiri. Para bapak-bapak pun begitu menikmati, sampai-sampai bahasannya melenceng ke mana-mana. Kacaunya, para bapak-bapak berpikira kalau Pak Andi itu menggunakan pesugihan agar bisa dapat banyak uang.

"Duh Nto, gua kira bahasannya bakal lebih sehat, ternyata ge beda jauh sama ibu-ibu omongannya", Bisik Bima

"Iya Bim, gua jadi nyesel mengiyakan permintaan emak gua. Bahasannya ga mutu"

"Terus gimana nih enaknya? Kabur saja kah? Mumpung ga ada yang melihat kita"

"Dah, diem aja. Kalau kabur nanti malah bapak kita ikutan digibahin lagi. Kuat-kuatin aja jangan sampe ikutan"

Akhirnya mereka pun diam dan tak berbicara sepatah katapun. Mereka kapok datang ke sini karena tidak jauh berbeda kerjaannya dengan ibu-ibu, yaitu ngerumpi. Mereka akhirnya mengikuti semua apa yang dibicarakan bapak-bapak saat itu sambil mengelus dada.

2 komentar

  1. Mau per-emak-an mau ber-bapak-an, yg namanya geng pastinya suka ada nyelip sesuatu ya wkwk.
    Goodjob Bima, dgn menolak halus kamu menyelamatkan citra om om pos ronda yg sukanya rokok kopi gadang wkwk.

    BalasHapus
  2. Pasti abis ngalamin ato pernah ngalamin wkwkwkk kesel bgt w ngakak pas ada yang bilang ngepet :(( bimda amat berbakti ya rela bertahan demi bapaknya ga digibahin :(

    BalasHapus