Refleksi Diri

Terdiam dan terpaku oleh keadaan ketika melihat orang sekitar yang sudah lebih maju dariku. Padahal kita mulai di garis start yang sama, kenapa mereka lebih cepat dariku? Aku bingung dan tenggelam oleh perasaan takut ini. Bukan takut karena ketinggalan, tetapi takut kalau aku ini sebenarnya tidak bisa berkembang menjadi lebih baik.

Awalnya aku percaya bahwa setiap orang memiliki rute kehidupan masing-masing yang berarti masalah yang dihadapi tidak akan selalu sama. Akan tetapi, mengapa mereka lebih mulus jalannya dibandingkan denganku? Apakah aku melakukan suatu kesalahan? Apa kurangnya diriku? Lagi-lagi aku diam kebingungan.

Aku percaya dengan takdir Tuhan bahwa manusia akan menjadi lebih baik dari sebelumnya, seperti roda kadang di atas dan kadang juga di bawah. Ya, aku memang yakin akan hal itu, tetapi sudah cukup lama aku berada di bawah dan tidak pernah merasakan nikmatnya pucuk. Aku semakin terpuruk tidak tahu apa yang bisa dilakukan saat ini. 

Mungkin sudah saatnya aku mencari dukungan agar diri ini lebih kuat menghadapi pahitnya kehidupan. Bukannya ucapan manis penuh semangat yang kudapat, melainkan ucapan tajam setajam silet yang cukup menyayat hati. Aku tahu maksud mereka berkata itu agar aku tidak hanya fokus terhadap satu hal yang sudah lama kukejarkan bertahun-tahun tetapi belum menghasilkan apa-apa hingga saat ini. Mereka berkata ada kesempatan lain di luar sana yang bisa kuambil sembari mengerjakan yang sudah ada. Aku ingin, hanya saja aku tidak yakin akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Ya, memang kita tidak tahu hasilnya kalau kita tidak mencoba terlebih dahulu. Akan tetapi, pikiranku sudah penuh akan asumsi-asumsi berisi kemungkinan yang terjadi jika aku melakukan hal yang mereka sarankan. Bukannya tambah semangat aku semakin menciut, aku terbunuh oleh asumsi-asumsi yang sebenarnya hanyalah hasil dari overthinking selama ini. Asumsi itu jahat, benar-benar jahat jika hanya diam di pikiran saja. Asumsi itu ada hanya sebagai landasan berpikir yang perlu adanya aksi untuk mengatahui apakah asumsi itu benar apa salah, sayangnya aku tidak berani mengambil langkah itu.

Lagi-lagi memang aku takut, takut mengambil hal baru yang bisa saja membuat diri ini menjadi lebih baik. Aku takut bukan karena tidak ingin mencobanya, tetapi aku takut hal yang sudah kukerjakan selama ini menjadi berantakan. Sudah banyak waktu dan tenaga aku habiskan untuk mengerjakannya, juga ini membutuhkan dedikasi tinggi karena tidak main-main. 

Sebenarnya banyak juga yang mengalami hal serupa sepertiku, tetapi mereka berani mengambil resiko dan hasilnya berhasil. Banyak yang membandingkan diriku dengan mereka yang senasib, tetapi mau bagaimana lagi? Aku tetap tidak berani dan tidak ingin hal yang kukerjakan saat ini menjadi tidak maksimal. Aku berpikir inilah langkah terbaik saat ini.

Sering kali kuberpikir bahwa ini semua adalah teguran atas semua kesalahan yang kubuat selama ini. Bukannya aku tidak percaya, hanya saja aku mengangggap ini adalah suatu ujian untuk menguji seberapa kuat aku menghadapi keadaan ini. Aku yakin setiap manusia di muka bumi ini diberikan ujian berdasarkan kemampuannya masing-masing, sehingga inilah salah satu ujian yan kuhadapai saat ini. Jikalau memang ini semua terjadi untuk menebus kesalahanku, aku meminta maaf kepada siapapun yang membaca ini atau tidak atas kesalahan yang kubuat baik disengaja maupun tidak sengaja.

Akhir kata aku ingin menyelesaikan semua beban di punggung ini selama beberapa tahun belakangan ini, demi kebaikan diriku dan juga orang-orang di sekitarku. Sungguh aku tak kuat melihat mereka menderita karena ketidakbecusanku menyelesaikan ini semua. Ya Tuhan, tolonglah aku, bantu aku menyelesaikan semua ini, berikan aku kekuatan untuk menghadapi ini semua...

4 komentar

  1. tetap semangat ya kak reza... we can do the best and always be positive thinking, Allah bergantung dengan prasangka hambanya lohh

    BalasHapus
  2. Keep going kak Reza. Memang ini klise sekali, tapi percayalah, semua yang terjadi pada kita adalah hal yang paling tepat. Cepat atau lambat, kak Reza akan menyadarinya. Tetap semangat ya kak

    BalasHapus
  3. Gatau aku kayak ketawain diri sendiri baca ini. Kayak setiap paragrafnya, aku ngerasain karena memang sering ada di posisi itu. Suka takut sendiri dan yang bikin takut itu malah asumsi jelek yang ada di pikiran sendiri. Kayak udah yakin, tapi takut apa yang diputuskan cuma bikin berantakan. Padahal belum nyoba wkwk satu-satunya jalan, ya, kita cuma bisa hadapin, kalo ada gagal ada berantakan wajar ga si namanya proses kan :" masalah hasil lagi-lagi kita cuma busa berserah diri, di samping itu kita butuh berusaha jugaa. Yok bisa yok, takut gapapa tp jan sampe ngshambat tujuan.

    BalasHapus
  4. Semangat terus kak reza pasti bisa, aku juga termasuk orang yang suka overthinking. Jujur menjadi orang yang suka over thinking itu susah, apa-apa takut padahal nggak ada yang harus ditakuti

    BalasHapus