Sebuah Perjalanan Menulis

Sebulan sudah aku menjalani tantangan yang diadakan ODOP (One Day One Post) yaitu menulis satu tulisan untuk satu hari lalu dipublish pada blog masing-masing. Banyak jenis tulisan yang aku tulis mulai dari cerpen, puisi, sampai review buku. Senang rasanya masih bisa bertahan sampai sekarang. 

Banyak kesulitan yang dialami dalam menulis setidaknya ada dua masalah utama untukku, yaitu mencari tema yang akan diangkat dan kesulitan memilih diksi yang tepat. Ini adalah kali pertama aku aktif menulis satu hari satu tulisan, rasanya sungguh melelahkan karena harus memutar otak. 

Kita tahu secara umum tulisan terdiri terbagi menjadi fiksi dan non fiksi. Pada kesempatan ini aku akan berbagi pengalaman mengenai kemudahan dan kesulitan dari menulis dua jenis tulisan tersebut. Pembahasan ini akan aku bagi menjadi beberapa bagian supaya lebih enak dibaca.

Pertama aku akan membahas tentang tulisan fiksi di mana tulisan ini menurutku tulisan yang mengandalkan imajinasi untuk bisa men-deliver cerita dengan menarik. Sebenarnya bisa saja sih menggunakan kejadian sekitar sebagai pokok cerita, namun harus dipikirkan juga cara mengemasnya menjadi lebih asyik. Tak sedikit juga kejadian sekitar menarik untuk dijadikan cerita namun sayangnya kejadian tersebut hanya sekelibat saja sehingga kesulitan untuk dikembangkan menjadi cerpen.

Selain itu yang harus dipikirkan adalah tokoh dan penokohan, dua hal ini melengkapi satu sama lain. Tokoh tanpa penokohan bagaikan sayur tanpa garam dan penokohan tanpa tokoh bagaikan lapangan bola tanpa pemain (oke ini analogi yang aneh hahaha). Benar-benar harus bisa menyampaikan karakter tokoh secara tersirat dalam cerita supaya feel ketika membaca lebih kena ke hati.

Ada satu musuh utama dalam menulis fiksi untukku, yaitu dialog. Aku tidak bisa membuat dialog yang menarik, rasanya kalau sudah buat dialog terus dibaca lagi itu cringe banget sampai-sampai mau muntah sendiri. Sebenarnya dialog itu sangat membantu penggambaran tokoh dan penokohan menjadi lebih baik, sayangnya aku belum menguasai hal tersebut.

Disamping semua kesulitan yang kualami, aku memiliki kesenangan ketika menulis fiksi. Yaitu bebas, dalam artian apa yang kutulis tidak diminta bukti atau sumber yang mendukung tulisanku. Karena fiksi hanyalah sebuah khayalan yang tidak bisa digugat selama tidak menyindir atau menyakiti siapapun. Dengan fiksi pun lebih bebas berekspresi dan masingg-masing pembaca memiliki perspektifnya masing-masing, sehingga menarik untuk didiskusikan oleh kalangan manapun.

Secara keseluruhan aku senang menulis fiksi, tetapi tidak senang ketika dijadikan setoran tulisan karena benar-benar menghabiskan waktu dimulai dari menentukan tema sampai ke penokohan. Mungkin belum klop saja makanya terasa susah. 

Posting Komentar