Semua Orang Butuh Menulis

Menulis sudah menjadi kegiatan yang sering dilakukan sehari-hari dengan tujuan yang berbeda-beda seperti sebagai to do list,  mencurahkan isi hati, sampai media kritik pada suatu hal. Siapapun bisa menulis tanpa memandang umur, mulai dari anak kecil sampai kakek nenek sekalipun bisa menulis, tiada yang melarang. 

Banyak pula manfaat yang didapat dari menulis seperti memiliki kosakata yang banyak, bisa menyampaikan suatu hal tanpa ada yang tersinggung sama sekali, bahkan bisa dijadikan sebagai cara untuk mencari rezeki. Ya, menulis memang sepowerfull itu sampai-sampai bisa dijadikan ladang mencari cuan.

Tidak ada kata terlambat untuk memulai menulis karena banyak media yang menyediakan wadah untuk menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan seperti Kompas, Mojok, sampai blog juga bisa kita manfaatkan. Jika bingung untuk memulainya bisa juga dengan mencari komunitas menulis, banyak kok komunitas seperti itu. Tinggal cari saja di internet maka akan banyak muncul, salah satunya ODOP (One Day One Post).

Setidaknya itu yang kurasakan kala itu, sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sudah pasti berkutat dengan skripsi. Revisi sudah menjadi makanan sehari-hari, meski begitu revisi terberatku adalah revisi tulisan. Dosenku bilang bahwa tulisan di skripsi ini mirip sekali dengan referensi jurnal yang pernah beliau baca, maka dari itu aku ditugaskan harus menulis ulang pada bagian tertentu. Cukup berat, apalagi keterbatasan kosakata yang membuatku kesulitan untuk menulis.

Tak lama kemudian aku menemukan sebuah broadcast di WhatsApp dari salah satu temanku yang berisi tentang penerimaan anggota baru di suatu komunitas menulis yang bernama ODOP. Baru pertama kali mengetahuinya kucoba riset terlebih dahulu seperti apa komunitas ini. Ternyata komunitas ini sudah ada sejak lama dan memiliki laman sendiri yaitu ngodop.com, di sana banyak sekali jenis tulisan dan tak sedikit yang tidak aku ketahui. 

Tanpa berpikir lama aku memberanikan diri untuk mendaftar, kebetulan saat itu kegiatanku hanya mengerjakan skripsi jadi tidak ada salahnya untuk mencoba. Saat mendaftar ada beberapa tahapan seleksi yang dilalui agar diterima menjadi anggota di sana, tetapi secara umum tahapan yang dilalui tidak jauh dari kegiatan menulis. Di sana para pendaftar yang lolos ditugaskan untuk menulis satu tulisan setiap harinya, selain itu ada juga disediakan kelas untuk mempelajari seluk beluk dalam menulis. 

Di samping setoran harian, dalam seminggu peserta juga diberikan tantangan untuk menulis sesuai ketentuan yang sudah diberikan kakak-kakak panitia. Tantangannya asik-asik untuk dikerjakan, tetapi ada satu tantangan yang menutuku berkesan yaitu menceritakan alasan kita mau menulis. Aku yang membaca tantangan itupun kebingungan bukan bingung mencari alasannya tapi bingung apakah alasan yang kumiliki saat ini masuk akal.

Kebanyakan orang menulis karena ingin bisa menerbitkan buku, melatih kemampuan menulis lebih baik lagi, bisa berpartisipasi dalam lomba menulis, dan memang senang menulis. Niat awalku mengikutin serangkaian seleksi ini adalah membiasakan menulis agar revisi tulisan skripsiku berjalan lancar, tetapi aku skeptis apakah orang-orang yang membaca akan mendukungku atau menertawaiku. Pikirku apapun itu alasannya harus aku tulis, urusan respon pembaca bisa lihat nanti. Setelah aku publikasikan tulisan itu dan membaca komentarnya ternyata banyak yang mendukung alasanku, menurut mereka itu salah satu langkah yang bagus, aku ikut senang membacanya setidaknya apa yang aku lakukan ini tidak salah.

Mengikuti serangkaian kegiatan seleksi di ODOP ini sungguh menyenangkan dan mengajariku banyal hal. Bertemu banyak orang yang memiliki tujuan yang sama itu sungguh asyik karena bisa banyak mengambil pelajaran dari para peserta yang memang sudah punya kemampuan menulis dan yang membuatku kaget adalah beragam kalangan usia mengikuti seleksi ini mulai dari anak sekolah sampai para orang tua pun ada. 

Mereka terlihat semangat sekali menulis, bisa terlihat dari ragam tulisan yang sangat menarik untuk dibaca. Aku yang awalnya hanya ingin membiasakan menulis dengan membuat tulisan ala kadarnya sekarang jadi terbawa suasana teman-teman sehingga ingin mencoba mendalami beberapa jenis tulisan. Dengan begitu kemampuan menulisku mungkin akan lebih baik dan bisa dimanfaatkan suatu hari kelak. Memang benar, lingkungan yang positif memberi pengaruh positif kepada diri sendiri juga.

Hampir dua bulan mengikutin proses seleksi, aku tersadar akan dua hal. Pertama, sebagai penulis untuk menghasilkan tulisan yang bagus harus sering-sering membaca. Hal tersebut wajib dilakukan karena dengan membaca akan memberi kemudahan mencari ide atau kosakat yang sesuai, dengan begitu akan tercipta suatu keindahan dalam tulisan. Seperti kata Maman Suherman dalam acara Bincang Inspirasi ASN Edisi 2 (28/04/2020), beliau pernah mendapatkan pesan dari mendiang ayahnya yang berkata "Penulis itu pembaca yang baik. Tidak bisa menulis kalau tidak suka baca."

Kedua, menurutku mahasiswa seharusnya mengikuti komunitas atau kegiatan menulis. Kenapa begitu? Sejatinya mahasiswa pasti tidak jauh dari yang namanya tugas berupa laporan, esai, hingga skripsi. Itu semua membutuhkan kemampuan menulis yang mumpuni agar apa yang mereka tulis mudah dipahami oleh pembaca sekalipun bukan dari background yang sama. Alhasil apa yang mereka tulis bisa tersampaikan sepenuhnya dan memberi manfaat untuk pembacanya, namanya juga mahasiswa yang digadang-gadang menjadi agent of change. Tulisan bisa menjadi salah satu cara menuju perubahan yang lebih baik. 

Akhir kata, menulis adalah salah satu cara paling efektif untuk mengutarakan suatu hal atau menyebarkan pendapat agar lebih mudah diterima masyarakat. Usia bukan halangan dalam menulis, yang penting mau membaca dan menulis, dua hal tersebut tak bisa dipisahkan. Sehingga, mengikuti komunitas menulis bisa menjadi langkah awal yang baik apabila belum pernah memiliki kemampuan menulis sama sekali.


6 komentar

  1. Wahh.. sudah selesai menulis tantangan nya. Memang PR banget ini kak yang namanya membaca, karena butuh untuk meluangkan waktu khusus. Manfaatnya banyak banget, dan saya masih mencoba untuk suka dengan membaca.. tidak dipungkiri semakin banyak yang dibaca, maka tulisan juga semakin variatif dan luwes . Membaca dan menulis memang satu kesatuan deh

    BalasHapus
  2. Semangat balajar terus dan menulis terus. Karena dengan memulai menulis mengandung arti kita sedang mengasah otak dan hati kita untuk tetap tajam dan kuat mengingat. Terapi jitu spy ga pikun. ODOP memang keren bangeet, terasa sekali menggembleng diri u rajin nulis.

    BalasHapus
  3. Aku selalu salut dengan anak muda yang masih sekolah, tapi kemauannya untuk mengikuti kegiatan lain juga tinggi. Aktif di berbagai kegiatan. Harapannya, setelah Oprec ODODP ini berakhir. Reza harus tetap rajin nulis, ya. Semangat

    BalasHapus
  4. Menulis udah jadi satu kesatuan sama membaca sih, ya. Kita menulis untuk dibaca juga pada akhirnya. Kalau menulis tanpa membaca itu kayak kosakatanya hanya seputar bahasa sehari-hari, sementara untuk lihai dalam menulis dibutuhkan kosakata yang lebih dalam dan luas lagi, yaitu dengan cara banyak membaca. Selain, menambah kosakata dan mendapat pembaharuan ide, membaca juga secara enggak langsung mempelajari kaidah kepenulisan itu sendiri—tergantung dari apa yabgydia baca sih, wkwkk.

    Btw, selamat ya karena udah stay sampai sejauh ini. Sebagai mahasiswa yang lagi sibuk skripsi pasti enggak gampang untuk nyambi one day one post,. Salut sih. Semangat, semoga tetap rajin membaca dan menulis!

    BalasHapus
  5. Waah selamat ya mas sudah bertahan sampai sekarang, satu2nya jagoan di Bhinneka :D

    BalasHapus
  6. Keren sekali Kak, aku jadi termotivasi untuk terus menulis. Terima kasih yaa

    BalasHapus