UJIAN

Ujian menjadi momok menyeramkan bagi beberapa orang, karena menjadi salah satu faktor penentu apakah mereka akan berhasil apa tidak. Hal ini dirasakan semua kalangan baik siswa maupun mahasiswa. Untuk siswa apakah mereka akan naik kelas apa tidak (semisal ujiannya adalah ujian kenaikan kelas), sedangkan mahasiswa apakah mereka akan lulus atau tidak pada mata kuliah yang sedang diujiankan.

Pastinya ujian memiliki batas waktu pengerjaan, pengalaman yang kurasakan dalam mengerjakan ujian rata-rata waktu yang diberikan sekitar 90 sampai 120 menit. Pastinya kita pernah merasakan panik ketika waktu ujian tersisa sedikit lagi, terlebih jika mata pelajaran/mata kuliah yang diujikan cukup sulit seperti matematika.

Matematika sudah menjadi bulan-bulanan para pelajar, di mana mereka menganggap matematika menjadi ujian paling sulit dan mengerikan untuk dikerjakan bahkan untuk anak yang pintar sekalipun. Loh, kenapa? Mari kita telaah terlebih dahulu, biasanya di bangku sekolah ujian matematika diadakan selama dua jam dengan jumlah soal sebanyak 40 dalam bentuk pilihan ganda. 

Anak yang kurang atau tidak suka matematika akan menganggap ini adalah mimpi buruk karena banyak sekali yang harus dikerjakan. Satu soal saja sudah bikin mabuk bagaimana dengan 40? Sedangkan untuk anak yang bisa atau suka dengan matematika ada kalanya merasa dua jam itu tidak cukup, apalagi jika materi yang diujiankan membutuhkan penyelesaian yang cukup panjang.

Sebenarnya banyak cara untuk mengerjakan soal matematika jika kondisinya seperti itu, misalnya mengerjakan soal yang mudah dahulu kemudian yang susah. Dengan begitu jumlah soal yang dikerjakan akan lebih banyak dan kemungkinan mendapatkan nilai yang bagus lebih besar. Bisa juga menggunakan cara cepat untuk mengerjakan tipe soal tertentu, sehingga waktu pengerjaan lebih efisien. Jika sudah benar-benar mentok bisa menggunakan hitung kancing alias cap-cip-cup memilih satu jawaban dari lima pilihan yang ada, walau kemungkinan benarnya adalah 20%.

Model ujian yang seperti itulah menurutku tidak bisa diaplikasikan untuk semua mata pelajaran karena kurang bisa menjadi parameter untuk mengetahui sejauh mana siswa/i tersebut paham akan materi yang diujikan. Selain itu, jumlah soal yang tidak sedikit juga kurang bagus sehingga bisa memunculkan potensi untuk mencontek. Untuk mata pelajaran seperti matematika akan lebih bagus jika model ujiannya adalah soal esai sehingga jawaban bisa dijelaskan dengan rinci dan bisa tahu sejauh mana siswa/i paham akan konsep materi yang diberikan. Ingat, tidak semua mata pelajaran itu isinya hapalan semua, tetapi bisa berupa pemahaman konsep.

Yaa, meskipun begitu setiap tipe ujian memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika tipe ujiannya adalah pilihan ganda maka waktu pemeriksaan akan lebih cepat karena ujian seperti ini biasanya berbasis komputer. Untuk kekurangannya adalah tolak ukur pemahaman siswa pada suatu mata pelajaran tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Kalau menggunakan tipe ujian soal esai kelebihannya adalah bisa menjadi acuan tolak ukur pemahaman siswa dan kekurangannya butuh waktu untuk memeriksa jawaban. Ya, bayangkan saja semisal satu sekolah ada 900 siswa, kapan selesainya jika diperiksa satu per satu? 

Terlepas dari tipe ujian yang diadakan sudah sepantasnya kita harus belajar sungguh-sungguh untuk memahami inti atau konsep dari materi yang dipelajari. Menggunakan cara cepat memang menjadi salah satu alternatif yang mujarab, tetapi perlu diingat tidak selamanya cara itu berguna terutama di bangku perkuliahan.

1 komentar

  1. Ujian sekolah susahnya minta ampun, diperlukan persiapan berhari2 untuk menghadapinya. Apalagi ujian kehidupan, diperlukan bekal yang cukup untuk menjalaninyan.
    #slebeww 😁

    BalasHapus